Selasa, 07 Desember 2010

Keep Christ in Christmas_Part 2





Sebelah kanan disebut Santa Claus, sebelah kiri disebut Sinterklas sebenarnya namanya sama saja. Mereka berdua seketika jadi banyak fansnya karena sebentar-sebentar ada yang minta foto bareng. Padahal pada awalnya sangat sulit untuk mencari orang yang terbeban jadi mascot  Natal ini. 


Udah jadi tradisi di perayaan Natal kampus ada acara bagi-bagi permen begini. Nanti Santa Clausnya bawa sekantung permen dan berjalan dari pintu masuk sampai ke depan membagi-bagikan permen.



Keep Christ in Christmas


Tadi aku menyempatkan diri sebentar ke Pajak USU buat beli peralatan tulis. Bela-belain kesana coz harga-harga barang such as peralatan tulis, aksesoris, software/hardware komputer sampai makanan ringan namun cukup mengenyangkan dijual disana dengan harga yang terjangkau mahasiswa. Tapi aku kan bukan mahasiswa lagi? Sepertinya tampangku masih jadi aku bela-belain kesana demi harga miring.
Udara dingin khas bulan Desember, angin semriwing, kubangan air yang nyiprat ke sepatu dan lalu lalang manusia memenuhi jalan-jalanku menuju ke tempat itu. Kiri kanan jalan juga dipenuhi dengan sablonan undangan perayaan Natal dari berbagi fakultas. Dari waktu sampai thema perayaan. Mahasiswa yang aktif pasti lagi sibuk sekarang. Mungkin lebih sibuk dari kepanitiaan-kepanitiaan acara lain karena menurutku perayaan Natal adalah acara termeriah sepanjang tahun, acara dengan budget paling besar, dan jumlah tim juga paling banyak. Bangga sudah pernah ikut serta dalam kepanitian seperti itu beberapa tahun yang lalu when I was younger than now. Hehehe. 
 
It was four years ago. Thema perayaan Natal di atas aku yang rancang beberapa bulan sebelumnya sesuai dengan program kerja divisiku “Divisi Pelayanan dan Doa”. Awalnya aku nonton film Natal di kostan, “Home Alone” or maybe “Serendipity”. Kata-kata itu_Keep Christ in Christmas  tertulis di atas palang kayu tua yang bersalju. Mengingatkan orang-orang yang lalu lalang di sekitanya bahwa perayaan Natal bukanlah sekedar perayaan, bukan cuma hiasan dan pesta yang meriah dan gegap gempita, bukan cuma kelahiran Juru S’lamat yang setiap tahun selalu dirayakan tetapi peringatan mengenai arti dari sosok Kristus itu sendiri yang lahir di hati setiap manusia berdosa yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru S’lamat yang hidup. Tetaplah ingat Yesus Kristus bukan perayaannya karena Dia lah inti dari semua perayaan itu. Hari semakin dingin ketika aku kembali ke masa-masa itu, menjadi mahasiswa, menjadi anak kost, terpisah bermil-mil jauhnya dari keluarga dan Natalan bersama teman-teman yang bernasib sama. It doesn’t matter if  we’re not alone.
That’s our Christmas Tree. Very simple. Ada dua, di setiap sisi panggung depan. Salah satu mascot Natal karena daun-daunnya sangat segar and always green in every season. Foto diatas adalah pohon cemara asli, entah bagaimana tim peralatan dan perlengkapan mendapatkannya karena setiap tim sangat semangat untuk bekerja dan memberikan yang terbaik. Setiap tahun selalu seperti itu, tak lengkap rasanya Natalan tanpa pohon ini kan? Tak lengkap juga tanpa kado-kado di bawahnya. Tidak terlalu repot juga mencari kotak-kotak itu dan kemudian membungkusnya. Itu pekerjaan yang sangat menarik. Sayangnya kotak-kotak itu kosong. Hahaha. Menarik memang membungkusnya tapi cukup berat untuk mengisinya dengan sesuatu yang berharga.
           
Nah, ecek-eceknya ini adalah kandang ternak di dekat gua kelahiran Yesus. Yang ngerjain ini adalah Tim Pubdekdok (Publikasi, dekorasi dan dokumentasi). Rada ribet sih ngerjainnya karena ini dikerjain pas GR dan itupun udah siang karena paginya mahasiwa harus ngampus dulu. Kalau menurut aku ini udah bagus coz ada pancurannya yang pakai air asli gitu trus aliran airnya berbunyi gitu jadi kesannya back to nature banget, kurangnya mungkin gak ada ternak-ternaknya, minimal ternak palsu. Tim Pubdekdok sih ngakunya kekurangan budget dan kebetulan nggak ada yang berbakat menirukan setidaknya ayam dan domba. Oh ya?



            Nah kalau yang ini adalah gua kelahiran Yesus kita. Kalau dipikir sih, Yesus PD banget mau lahir di gua, dekat kandang ternak lagi. Dua kata_NGGAK KEBAYANG. Secara langsung Yesus ngajarin kita untuk nggak sombong dan tetap rendah hati. Yesus yang adalah King of The King aja mau lahir di gua, bagaimana dengan kita? Zaman sekarang banyak orangtua calon-calon bayi yang menurutku rada aneh. Buat yang cukup kaya bela-belain melahirkan bayinya di luar negeri. Bukan karena para orangtua itu meragukan tenaga medis lokal tetapi biar di akte kelahiran bayi-bayi yang mereka lahirkan tertera nama kota, Paris, Frankfurt, New Castle atau San Fransisco. Cukup keren kan? Ada lagi orangtua yang maunya melahirkan di RS elit dan ditangani dokter terkenal. Tidak ada yang salah sih, hanya saja terlalu berlebihan. Aku saja hanya lahir di rumah Oppungku tercinta dengan bantuan bidan yang saat ini sudah meninggal dunia. Dengan hanya penerangan lampu minyak karena saat itu listrik belum masuk desa. Oh Jesus, we have similiarity. Hehehe.

 
This is the team. Bisa dilihat, pada tanggal itu, kami masih ada di kampus semua. Nggak ada yang pulang kampung coz kampong halaman sangat jauh dari mata. Jadi kami sepakat merasakan Natal bersama-sama di kampus kami yang tercinta ini. We’ve separated but we’re still remember each other. Kita dulu membangun kampus kita bersama-sama dan sekarang kita harus mengingat kenangan ini bersama-sama, saat ini pada bulan yang sama, bulan Desember. 



 
Moment yang wajib ada di setiap perayaan Natal. Saat penerangan dimatikan dan yang ada hanya nyala lilin dan lagu O Holy Night atau Malam Kudus. Pada saat ini bulu kudukku selalu merinding bukan karena ada makhluk halus yang lewat tapi karena perasaan yang hanyut sama suasana (hahay). Suasana Natalnya kerasa banget, di saat itu audience yang hadir memikirkan hal yang sama. Saat-saat kelahiran Juru S’lamat manusia. Aku ingat banget, selesai perayaan pasti banyak lilin yang sisa. Lilin-lilin itu kemudian kami kumpulkan dan kami Natalan lagi di kostan sampai lilin-lilin itu habis.




 
Don’t you see, that’s me? Mungkin terlalu gelap jadi aku nggak kelihatan ya? Aku memang jadi salah satu singer saat itu dan itu tim musiknya. Wuahh, rasanya gimana banget pas bisa melihat semua isi ruangan, biasanya cuma jadi pendengar budiman aja dan sekarang jadi pengisi acara. Hehehe. Kenapa ada balon? Karena hari itu Ultahnya Yesus. Coba ada kue tart juga ya?



 
Duduknya sih paling belakang, tapi mereka jadi yang terdepan dan sangat menentukan terlaksananya perayaan ini. Wah, kalau diperhatikan kebanyakan anak fakultas Hukum nih. But give thank’s  kepada tim Danus (Dana dan Usaha) yang susah payah, mondar mandir nyari donatur dan keluar masuk instansi buat ngusahain dana yang lumayan besar. Rekrut orang buat jabatan ini juga paling susah dibandingkan semua jabatan di kepanitiaan. Aku memang nggak pernah sih menduduki jabatan ini, tapi aku pernah ikut mengusahakan dana ke pemerintahan kota. Perjuangan yang berat! Tapi sangat menyenangkan.




Sound system di mix match disini. Suaraku sih tergolong kecil, suara mike ku digedein biar suaraku nggak kebanting sama suara penyanyi lain. Hahaha. Yang terpenting adalah hati yang melayani. Everything is under control guys.

 
Ini Operete Natal persembahan Fakultas Ekonomi. Kebetulan kami dapat Juara 1 untuk persembahan Natal terbaik antar fakultas. Nggak sia-sia deh diriku pakai baju Miss Universe jadi-jadian itu, mahkota bertatahkan berlian itu dibeli di pajak tepatnya di tempat mainan anak-anak.. Mereka asal kasih peran aja ke semua orang dan sialnya semua menerima perannya. Ada yang jadi sopir angkot, mentri, dokter, mahasiswa sampai pedagang sayuran. Idenya juga dadakan, namanya juga operete jadi-jadian. Ya begini deh jadinya. Hehehe.












CONTACT

CONTACT